Profil Daerah

Batas-batas daerah:

Luas daerah seluas 2.226,270 Km2; atau (5,29 %) dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang memiliki luas 42.119,542 Km2; (berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 100.1.1-6117 Tahun 2022) 

dengan batas-batas daerah:
Utara: Kabupaten Pasaman
Timur: Kabupaten 50 Kota
Selatan: Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar
Barat: Samudera Indonesia

 

Letak dan Kondisi Geografis:

Secara geografis, Kabupaten Agam berada pada pada 000 01’ 34” – 000 28’ 43” LS dan 990 46’ 39” – 1000 32’ 50” BT.
Kabupaten Agam terletak pada kawasan yang sangat strategis, dimana dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera dan dilalui oleh Fider Road yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang berimplikasi pada perlunya mendorong daya saing perekonomian, pentingnya memanfatkan keuntungan geografis.

Kabupaten Agam adalah kawasan perbukitan/pegunungan dan pesisir yang didominasi oleh kawasan lindung dengan basis ekonomi pertanian (perkebunan lahan kering dan hortikultura) namun sekaligus adalah kawasan rawan bencana dengan sebaran potensi bahaya tsunami, abrasi, gerakan tanah/longsor dan gempa serta letusan gunung berapi. Demikian juga terhadap pemenuhan berbagai infrastruktur yang masih terbatas.

 

Topografi:

Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 - 2.891 meter dari permukaan laut.

Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam, bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter dpl. Adapun pengelompokkan yang didasarkan atas ketinggian adalah sebagai berikut:

1. Wilayah dengan ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55% sebagian besar berada di wilayah barat yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya.
2. Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl seluas 43,49?rada pada wilayah Kecamatan Baso 725-1525 m dpl, Kecamatan Ampek Angkek Canduang, Kecamatan Malalak 425 -2075 m dpl, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palembayan 50 - 1425 m dpl, Kecamatan Palupuh 325 -1650 m dpl, Kecamatan Banuhampu 925-2750 m dpl dan Kecamatan Sungai Pua 625-1150 m dpl.
3. Wilayah dengan ketinggian > 1000 m dpl  seluas 11,96% meliputi sebagian Kecamatan IV Koto 850-2750 m dpl, Kecamatan Matur 825-1375 m dpl dan Kecamatan Canduang, Sungai Pua 1150-2625 m dpl.

Kawasan sebelah barat merupakan daerah yang datar sampai landai (0 – 8%) mencapai luas 71.956 ha, sedangkan bagian tengah dan timur merupakan daerah yang berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%) yang tercatat dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara Kabupaten Agam.

 

Geologi:

Formasi batuan yang dijumpai pada daerah Kabupaten Agam dapat digolongkan kepada Pra Tersier, Tersier, dan Kuarter yang terdiri dari batuan endapan permukaan, sedimen, metamorfik, vulkanik dan intrusi. Batuan vulkanik terdapat di Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Danau Maninjau.
Wilayah Kabupaten Agam yang ditutupi oleh jenis batuan beku ekstrusif dengan reaksi intermediet (andesit dari Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Danau Maninjau, dan Gunung Talamau) seluas 68.555,10 ha (32,43%), batuan beku ekstrusif dengan reaksi masam (pumis tuff) seluas 55.867,90 ha (26,43%), batuan sedimen dengan jenis batu kapur seluas 80.011,80 ha (3,79%), endapan alluvium mencapai luas 48.189 ha (22,79%).
Sementara untuk daerah sekitar Maninjau terjadi lekukan besar kawah Maninjau yang saat ini berisi air danau merupakan hasil dari ledakan maha dahsyat dari erupsi gunung api.

 

Hidrologi:

Berdasarkan Sistim Wilayah Sungai, Kabupaten Agam termasuk kedalam 3 (dua) Sistem Wilayah Sungai yaitu:
SWS Arau, Kuranji, Anai, Mangau, Antokan dan (AKUAMAN), SWS Masang Pasaman dan SWS Indragiri.

Berdasarkan pembagian wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Agam terdiri dari 8 (delapan) Daerah Aliran Sungai yaitu; DAS Batang Tiku, DAS Andaman, DAS Mangau, DAS Antokan, DAS Masang Kiri, DAS Masang Kanan dan DAS Batang Naras serta DAS Kuantan.

Kabupaten Agam memiliki Danau Maninjau yang terdapat di Kecamatan Tanjung Raya dengan luas sekitar 94.5 km2. Sumber air lainnya adalah embung. Embung yang besar di Kabupaten Agam berfungsi sebagai daerah tampungan air dan irigasi.

Potensi penyediaan air bersih di Kabupaten Agam saat ini cukup bervariasi, mulai dari penggunaan air tanah dalam, air sungai, dan mata air. Penyediaan air bersih yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Agam menggunakan sistem perpipaan dan non perpipaan. Pelayanan air bersih yang dikelola oleh PDAM dilakukan melalui sembilan unit pelayanan yang memiliki cakupan pelayanan sekitar 31 persen penduduk di daerah pelayanan atau 9 persen penduduk Kabupaten Agam. Untuk pelayanan SPAM perdesaan melalui sistem perpipaan dan non perpipaan baru mencapai 4 persen dari daerah perdesaan yang harus dilayani. Penyediaan air di Kabupaten Agam saat ini masih sangat kurang, dilihat dari masih banyaknya warga yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan mandi/cuci/kakus.

 

Klimatologi:

Temperatur udara di Kabupaten Agam terdiri dari dua macam, yaitu di daerah dataran rendah dengan temperatur minimum 250C dan maksimum 330C (Lubuk Basung), sedangkan di daerah tinggi yaitu minimum 200C dan maksimum 290C (Tilatang Kamang). Kelembaban udara rata-rata 88%, kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari rata-rata 58%.

Musim hujan di Kabupaten Agam terjadi antara bulan Januari sampai dengan bulan Mei dan bulan September sampai bulan Desember, sedangkan untuk musim kemarau berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.

Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data base hidroklimat yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), wilayah Kabupaten Agam memiliki 4 kelas curah hujan, yaitu:

1. Daerah dengan curah hujan > 4500 mm/tahun tanpa   bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A), berada di sekitar lereng gunung Merapi-Singgalang meliputi sebagian wilayah  Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.
2. Daerah dengan curah hujan 3500-4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan tipe A1) mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan Ampek Angkek.
3. Daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan IV Koto.
4. Daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut- turut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung Raya.

 

Namun dewasa ini telah terjadi perubahan besar kondisi cuaca dan iklim, bukan hanya di Kabupaten Agam namun hal ini terjadi diseluruh muka bumi yang disebabkan oleh pemanasan global dan perubahan iklim. Sehingga hal tersebut sudah menjadi isu sentral yang mempengaruhi kebijakan dan program pembangunan bidang pertanian, industri, lingkungan hidup, penanggulangan bencana dan lain-lain.

Sejarah dan Sosiologi

SEJARAH SINGKAT

 

Kabupaten Agam mempunyai sejarah yang panjang dan komplit, baik di bidang Pemerintahan maupun di bidang adat istiadat. Diawali dari Kerajaan Minangkabau pada pertengahan abad ke-17. Kerajaan Minangkabau yang disebut Ranah Minang, wilayah pemerintahannya selain Kabupaten Agam tempo dulu, termasuk juga daerah Limo Koto Kampar (Bangkinang) yang sekarang termasuk Propinsi Riau, Daerah Kabupaten Kerinci (Sungai Penuh) sekarang termasuk Propinsi Jambi dan sebagian daerah Tapanuli Selatan (Koto Napan) yang sekarang secara administrasi berada di Propinsi Sumatera Utara.

Pemerintahan adat Minangkabau mencakup Luhak dan Rantau, dimana Pemerintahan Wilayah Luhak terdiri dari Luhak Tanah Datar, Luhak Limo Puluah Kota dan Luhak Agam. Komisariat Pemerintahan Republik Indonesia di Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi mengeluarkan peraturan tentang pembentukan daerah Otonom Kabupaten di Sumatera Tengah yang terdiri dari 11 Kabupaten yang salah satunya Kabupaten Singgalang Pasaman dengan ibukotanya Bukittinggi yang meliputi kewedanan Agam Tuo, Padang Panjang, Maninjau, Lubuk Sikaping dan Kewedanaan Talu (kecuali Nagari Tiku, Sasak dan Katiagan).

Bila kita berbicara tentang sejarah dan asal usul Luhak Agam sebagai Luhak Nan Tangah di Samping Luhak Nan Tuo (Luhak Tanah Data) dan Luhak Nan Bungsu (Luak 50 Koto) yang merupakan bagian yang integral dari “Barih Balabeh” wilayah atau teritorial Minangkabau, maka kita kenal akan nama nama Ampek Angkek yang mempunyai arti yang sangat penting. Karena sejarah asal usul wilayah Kabupaten Agam yang ada sekarang ini berawal dari Ampek Angkek ini. Istilah Ampek Angkek ini berasal dari kata “Ampek-Ampek Sekali Barangkek”. Istilah ini erat kaitannya dengan sejarah perpindahan penduduk dari Luak Tanah Datar (Kabupaten Tanah Datar) sebagai Luhak Nan Tuo ke Luhak Agam.

Ampek-ampek sekali barangkek artinya proses imigrasi atau perpindahan penduduk dari Luak Tanah Data menuju daerah Luak Agam. Proses perpindahannya dahulu kala berlangsung melalui 4 tahap (angkatan). Setiap tahapan berangkatnya terdiri dari empat-empat kaum. Mereka yang berangkat Ampek-Ampek tersebut kemudian mendirikan Nagari-nagari yang ada di Luak Agam atau Kabupaten Agam yang ada sekarang ini.

Angkatan I atau ampek kaum pertama yang berangkat mendirikan Nagari-nagari sebagai berikut : Biaro, Balai Gurah, Lambah, Panampungan. Angkatan ke II mendirikan Nagari : Canduang, Koto Laweh, Lasi, Bukik Batabuah. Angkatan ke III mendirikan Nagari : Sariak, Sungai Pua,  Batagak,  Batu Palano, Angkatan ke IV mendirikan Nagari :  Sianok, Koto Gadang,  Guguak, Tabek Sirajo

Itulah yang disebut Ampek Angkek yang terdiri dari 16 Nagari pada mulanya di Luhak Agam. Selanjutnya dari 16 Nagari inilah kemudian berkembang menjadi sebanyak Nagari yang ada sekarang di Luak Agam atau Kabupaten Agam.

Dalam masa Pemerintahan Belanda, Luhak Agam dirubah statusnya menjadi Afdeling Agam yang terdiri dari Onder Afdeling Distrik Agam Tuo, Onder Afdeling Distrik Maninjau dan Onder Afdeling Distrik Talu. Pada permulaan Kemerdekaan RI tahun 1945 bekas Daerah Afdeling Agam dirubah menjadi Kabupaten Agam yang terdiri dari tiga kewedanan masing-masing Kewedanaan Agam Tuo, Kewedanaan Maninjau dan Kewedanaan Talu.

Belanda yang kemudian mendirikan kubu pertahanan pada tahun 1825 pada masa Perang Padri di salah satu bukit yang terdapat dalam kota Bukittinggi, dikenal sebagai Benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Kemudian pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah Stadsgemeente (kota),dan juga berfungsi sebagai ibukota Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.

Pada masa pendudukan Jepang, Kota Bukittinggi sebagai ibukota Kabupaten Agam dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand, di mana pada kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke 25 Kenpeitai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji. Kemudian kota ini berganti nama dari Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba dan Bukit Batabuah.

Dengan Surat Keputusan Gubernur Militer Sumatera Tengah No. 171 tahun 1949, daerah Kabupaten Agam diperkecil dimana Kewedanaan Talu dimasukkan ke daerah Kabupaten Pasaman, sedangkan beberapa nagari di sekitar Kota Bukittinggi dialihkan ke dalam lingkungan administrasi Kotamadya Bukittinggi.

Keputusan Gubernur Militer Sumatera Tengah tersebut dikukuhkan dengan Undang-undang No. 12 tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Tingkat II dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah, sehingga daerah ini menjadi Daerah Tingkat II Kabupaten Agam.

Pada tanggal 19 Juli 1993 secara de facto, ibukota Kabupaten Agam telah berada di Lubuk Basung yang dikuatkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perpindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Agam dari Wilayaj Kodtamadya Daerah Tingkat II Buittinggi ke Kota Lubuk Basung di Wilayah Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Daerah Tingkat II Agam.

Pada tanggal 19 Juli 1993 secara de facto, ibukota Kabupaten Agam telah berada di Lubuk Basung yang dikuatkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1998 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Agam Dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bukittinggi Ke Kota Lubuk Basung Di Wilayah Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Daerah Tingkat II Agam.

Untuk kondisi sejarah dan sosiologi masing-masing kecamatan dapat di lihat melalui link di bawah ini, sedangkan untuk masing-masing nagari dapat juga dilihat melalui website kecamatan tersebut :

Kecamatan Nagari
Ampek Nagari Batu Kambing
Bawan
Sitanang
Sitalang
Banuhampu Padang Lua
Sungai Tanang
Taluak IV Suku
Pakan Sinayan
Ladang Laweh
Cingkaring
Kubang Putiah
Baso Simarasok
Padang Tarok
Koto Tinggi
Tabek Panjang
Salo
Koto Baru
Candung Canduang Koto Laweh
Lasi
Bukik Batabuah
IV Angkek Panampuang
Biaro Gadang
Ampang Gadang
Batu Taba
Lambah
Pasia
Balai Gurah
IV Koto Balingka
Guguak Tabek Sarojo
Koto Tuo
Koto Panjang
Koto Gadang
Sungai Landia
Sianok Anam Suku
Kamang Magek Magek
Kamang Hilir
Kamang Mudik
Kamang Hilia
Lubuk Basung Geragahan
Kampung Pinang
Lubuk Basung
Manggopoh
Kampuang Tangah
Malalak Malalak Utara
Malalak Selatan
Malalak Timur
Malalak Barat
Matur Matua Hilia
Lawang
Panta Pauh
Matua Mudik
Tigo Balai
Parik Panjang
Palembayan Ampek Koto Palembayan
Sipinang
Sungai Puar
Baringin
Tigo Koto Silungkang
Salareh Aia
Palupuh Pagadih
Koto Rantang
Pasia Laweh
Nan Tujuah
Sungai Puar Padang Laweh
Sungai Pua
Batu Palano
Batagak
Sariak
Tanjung Mutiara Tiku V Jorong
Tiku Selatan
Tiku Utara
Tanjung Raya Sungai Batang
Bayua
Tanjung Sani
Koto Gadang Anam Koto
Koto Malintang
Duo Koto
Paninjauan
Maninjau
Koto Kaciak
Tilatang Kamang Koto Tangah
Gadut
Kapau

Arti Lambang

Adapun makna yang tersurat dan tersyirat dari lambang Kabupaten Agam :

1. Lambang berbentuk perisai segi lima dengan warna dasar merah.
2. Bagian dasar bagian atas dari lambang dengan dasar kuning AGAM dengan dasar hitam.
3. Bintang sudut lima dengan warna kuning.
4. Dua bilah keris bersilang, (sebilah terhunus, sebilah lagi dalam sarung) masing-masing dengan hulu bewarna kuning bintik-bintik hitam, yang terhunus bewarna putih tepi hitam dan sarung warna kuning bintikbintik hitam.
5. Setangkai padi dengan butiran 17 (tujuh belas) dalam warna kuning tepi hitam.
6. Buah kapas sebanyak 8 (delapan) dengan warna putih tepi hitam.
7. Balai adat dengan warna hitam.
8. Mesjid dengan warna putih.
9. Harimau campo dengan keadaan duduk dengan warna kuning bintikbintik hitam dan merah.
10. Tiga buah gunung dengan warna hitam.
11. Satu riak dan satu gelombang dengan warna putih.
12. Semboyan dengan tulisan " TALI TIGO SAPILIN" dengan warna hitam atas dasar kuning.

 

PENJELASAN
1. Lambang berbentuk perisai adalah penggambaran kekuatan dan pertahanan membela kepentingan Daerah dan Negara
2. Tulisan AGAM menggambarkan Daerah Kabupaten Agam.
3. Bintang dengan sudut lima dengan warna kuning menggambarkan dasar negara PANCASILA.
4. Dua bilah keris menggambarkan kekuasaan yang menghukum secara adil.
5. Padi dan kapas masing - masing 17 (tujuh belas) dan 8 (delapan) menggambarkan tujuan kemakmuran, yang sekaligus mengingatkan kepada Detik-detik yang bersejarah 17 Agustus.
6. Balai adat sebagai tempat musyawarah, penggambaran wajah Demokrasi di Minang Kabau.
7. Mesjid, perlambangkan kepercayaan masyarakat.
8. Harimau, menggambarkan sifat-sifat kewaspadaan masyarakat sesuai dengan historis Daerah Kabupaten Agam.
9. Air dan Gunung, merupakan sumber - sumber kemakmuran masyarakat satu riak dan satu gelombang penggambaran dua sumber air sebagai sumber kemakmuran masyarakat yakni air tawar dan
air asin.
10. " TALI TIGO SAPILIN " penggambaran penjalinan yang teguh Adat, Agama dan Pemerintah.

 

PENJELASAN ARTI WARNA
1. Merah berarti semangat yang menyala-nyala, kecintaan pada Negara dan Agama
2. Hitam berarti kuat, kokoh dan tahan tapo.
3. Kuning berarti kesabaran, keluhuran, kesejahteraan.