MESKI BUKAN SEKARANG

Saat membuka pintu rumah hari ini, aku berharap langkah baik yang aku ambil. Saat itu hari pertama masuk kampus, setelah Ayah pindah tugas keluar Kota kami sekeluarga ikut pindah. Sejak hari pertama kepindahan, pagi itu aku jalan pagi mengelilingi komplek. Tak banyak tetangga yang sudah bangun, mungkin karena akhir pekan maka masih banyak lampu-lampu rumah yang masih menyala kecuali lampu jalan komplek yang sudah dipadamkan karena matahari sudah mulai terlihat. Ketika melewati pos Satpam aku oleh ditegur oleh Pak Gito, beliau sosok ramah yang pertama aku kenali dilingkungan baruku. Beliau ternyata sudah banyak tahu tentang kepindahan keluarga kami, bukan salah lagi, Ayah memang mudah bergaul meskipun dengan lingkungan baru. Tepat satu bulan yang lalu, sebelum pindah Ayah mengunjungi rumah yang akan kami tempati.

 

Lingkungan tempat rumah baruku sangat nyaman, dan di komplek terdapat taman dengan beberapa ayunan. Tak lama sesampainya ditaman, Pak Gito langsung pamit kembali berjaga di Pos komplek. Aku mencoba menikmati udara pagi itu, tak lama saat duduk ditaman aku melihat seorang gadis cilik bersama pengesuhnya sedang berjalan menuju taman. Sangat lucu melihat tingakahnya yang merengek agar pengasuhnya bergegas berjalan ketaman, dan meminta agar pengasuhnya menggendongnya menaiki ayunan. Sepertinya sudah pukul 07:00, pagi itu aku harus bersiap-siap untuk berangkat mencari perlengkapan ospek besok pagi, dan akupun meninggalkan gadis mungil itu dan pengasuhnya.

 

Sampainya di depan rumah aku melihat Bunda sedang menyiram bunga ditaman, dan Ayah baru saja selesai mencuci mobil.Setelah melihat Ayah masuk kerumah, aku bergegas ke kamar mandi karena kalau soal berpergian Ayah selalu tepat waktu. Kalau waktu berangkat sudah ditetapkan, Ayah selalu tepat waktu dengan janji yang sudah dibuatnya jadi kita harus ingat waktu sendiri sebelum berangkat. Karena terlalu asyik berkeliling komplek sampai aku lupa waktu. Kalau sudah kjadian kayak gitu selalu aku yang telat. Kalau sudah buru-buru kayak gitu, pakai sepatu aja sudah nggak sempat lagi, ujung-ujungnya pasang sepatu di mobil, Ayah takut terjebak macet karena perlengkapan ospek bukan cuma satu atau dua saja. Jadi berangkat pagi lebih baik baik dari pada cari perkakasnya harus sampai sore.

 

Kalau mau belanja bareng Ayah nggak pernah salah, Ayah orangnya teliti dan paling tahu dari mana harus mulai belanja, palingan juga aku selalu ikutin langkah Ayah mau kemana. Terkadang aku ngerasa lucu aja, jadi lupa aja yang mau ospek besok Aku atau Ayah, karena lebih semangat Ayah yang nyari perlengkapan ospek besok. Tidak diragukan lagi, baru juga 11:30 semua perlengkapan sudah lengkap. Setelah selesai membeli perlengkapan ospek, aku dan Ayah langsung pulang. Sampainya di rumah, aku dan Ayah sudah sedia duduk dimeja makan menunggu Bunda dengan masakannya. Ayah paling suka dengan cah kangkung buatan Bunda, tapi tidak sampai disana saja, karena Aku dan Ayah memiliki selera makanan kesukaan yang sama  jadi Bunda selalu memisahkan piringnya agar aku dan Ayah tak saling rebutan.

 

Akhirnya pagi ini datang juga, yaitu hari pertama ospek yang ditunggu-tunggu. Pagi ini beda, aku yang selalu telat hari ini paling cepat selesai berangkat ke kampus. Sampainya dikampus tetap aja, penyakit bawaan aku kambuh lagi, pelupa yang nggak hilang-hilang. Atribut topi untuk ospek ketinggalan dikamar, alhasil aku minta supaya Bunda kirimin atributnya sama ojek online supaya lebih cepat sampai kampus. Yang namanya ospek, lengkap saja atributnya masih suka disalahin apalagi yang nggak lengkap kayak aku, jadi harus terima hukuman dari senior. Setelah satu jam ospek dimulai, akhirnya atribut topi sampai juga ditanganku.  

 

Ternyata ospek hari ini tidak terlalu spesial, terlalu biasa saja. Hari ini karena Ayah masih ada pekerjaan dikantor jadi aku harus pulang sendiri naik transportasi umum. Sebelum naik bus, aku melihat seseorang keluar kampus dengan wajah lusuh yang dipenuhi dengan coretan diwajahnya. Kasihan, pasti dia habis dikerjai senior seharian ospek. Yasudahlah, aku tak menghiraukannya karena harus buru-buru pulang takut terjebak macet dijalan. Ternyata Ayah masih ada rapat jadi makan malam hari ini hanya bersama Bunda. Sehabis makan malam aku langsung kembali kekamar karena masih lelah karena ospek hari ini.

 

Hari ini adalah hari kedua ospek dikampus, dikarenakan Ayah harus berangkat ke kantor lebih cepat jadinya aku lagi-lagi harus berangkat naik bus, dan berujung terlambat sampai kampus gara-gara macet dijalan. Sebelum sampai kampus aku sudah berkhayal akan dikerjai senior seperti yang dialami cowok kemarin. Baru saja sampai di depan gerbang kampus, benar seperti dugaanku, senior sudah menunggu keterlambatanku, mereka berdiri di depan gerbang dan siap dengan kejailan yang akan menghukum junior yang terlambat. Lagi-lagi sosok yang sama aku jumpai kemarin sore tepat berdiri disebelahku, sepertinya hari ini dia akan kembali dijaili hari ini. Bagi yang terlambat hari ini akan diberi hukuman harus jalan nyeker di labor anak jurusan peternakan.  Alhasil pagi ini kami dipenuhuhi lumbur dan pembuangan lainnya yang dihasilkan hewah-hewan itu. Usai mengerjakan semua huukuman, aku dan yang lain diperbolehkan bubar untuk kembali bergabung dengan kelompok masing-masing, tentunya dengan syarat sepatu hanya akan dikembalikan jika ospek hari ini sudah selesai.

 

Sepertinya hanya dia yang paling acuh meskipun sudah diberikan hukuman, sementara yang lain sibuk mengutuk senior, tetapi dia terlihat hanya menjalani hukuman yang diberikan senior. Percakapan teman satu kelompokku membuyarkan lamunannku, ternyata salah satu senior yang mengerjai kami tadi adalah salah satu kakak tirinya. Mereka merupakan saudara berbeda Ibu. Awalnya aku tidak terlalu memperhatikan kenapa Kak Dio terlalu keras kepadanya, mungkin ada hal ketidak cocokan diantara mereka, sehingga berbeda sekali perlakuan Kak Dio kepada Dimas. Cowok yang paling acuh dengan hukuman yang diberikan, tapi sudahlah kenapa aku harus peduli karena aku sama sekali tidak mengenalnya.

 

Usai ospek, aku bergegas mengambil sepatu di posko 1 (satu) untuk mengambil sepatuku yang tadi pagi ditahan sama senior.Saat baru saja sampai posko 1 (satu), ternyata Kak Dio masih saja menjaili Dimas. Entah apa yang aku fikirkan saat itu, ketika hendak menghampiri mereka aku berpura-pura terpeleset dengan alasan klise untuk membantu Dimas dari kejailan Kak Dio. Setidaknya ide kali ini berhasil membuat Kak Dio membiarkan Dimas pergi. Setelah mengambil sepatunya Dimas meninggalkan aku dan Kak Dio begitu saja. Kak Dio menghampiriku mencoba membantuku berdiri, entahlah kenapa dia sangat berbeda jika dilihat dari dekat, terasa nyaman saja.Apa yang baru saja terlintas difikiranku, baru hari kedua ospek sudah mikir yang macam-macam. Tidak lupa aku mengucapkan terima kasih dan pergi meninggalkan Kak Dio setelah mengambil sepatu. Pada hal cuma pura-pura terpeleset sudah kebawa perasaan aja.

 

Besok adalah hari terakhir ospek, jadi masing-masing mahasiswa dan mahasiswi harus menyediakan makanan siang masing-masing tanpa kotak tetapi menggunakan kertas bungkus nasi dan lauknya tidak boleh dipisah. Aku buru-buru menghampiri Bunda agar besok menyediakan satu porsi nasi untuk dibawa kekampus. Tiba-tiba jadi kepikiran kejadian tadi sore, niat hati mau bantuin Dimas malah aku yang gagal fokus. Keenakan mengahayal hari ini malah aku yang telat sendiri bangun, ternyata sudah jma 06:00 saja.Aku langsung melompat dari tempat tidur, dan mengampil seragam dan bergegas ke kamar mandi. Untung saja hari ini Ayah tidak ada rapat mendadak jadi aku bisa ke kampus bareng Ayah, kemungkinan telat bisa nol persenlah buar hari terakhir ospek.

 

Sesampainya kampus aku jadi kaget sendiri, ternyata semua bungkus nasi yang dibawa mahasiwa ospek dikumpul jadi satu. Jadi kemungkinan besar dapat makanan yang dibawa sendiri bisa dibilang mustahil. Hari ini semua sikap senior berbeda sejak tadi pagi, sudah nggak ada marah-marah. Pagi ini di isi dengan kegiatan pengarahan dari dosen hingga siang, saat jam makan siang semua junior disuruh bebabaris menuju tempat pengambilan makanan yang sudah dikumpul tadi pagi, jadi semua orang bisa saja dapat kejutan dalam sebungkus nasi. Seperti yang baru saja aku alami dikira ayam kecap tenyata sesuatu yang lebih empuk, aku kebagian sebungkus nasi dan semur jengkol yang aduhai. Jadi keingat Bunda di rumah yang doyan semur jengkol. Untuk mensiasati makan siang hari ini, aku cuma mkan nasi sama sayur saja. Saat sedang menyantap makan siang, Dimas menghampiriku dan menyodorkan roti dan mengucapkan terimakasih atas bantuanku kemarin sore. Aku tersenyum mengangguk dan menerima roti yang diberikan Dimas.

 

Ospek hari ini ditutup dengan penuh kecerian dan rasa haru semua senior meminta maaf jika selama ospek suka menghukum kami dengan tingkah jail mereka. Saat hendak menuju gerbang kampus terdengar seseorang memanggil namaku Via ternyata itu suaranya Kak Dio. Ternyata Kak Dio menawarkanku untuk diantarkan pulang, tapi sayang sekali aku udah janjin duluan sama Dimas. Tapi anehnya aku sedikit menyesal karena tidak bisa pulang dengan Kak Dio, tak lama setelah Kak Dio meninggalkanku Dimas datang menghampiriku. Hari itu untuk pertama kalinya aku pulang diantar temen cowok. Ternyata saat sampai didepan rumah diam-diam Bunda memperhatikanku dari dalam rumah. Baru saja membuka pintu rumah, Bunda langsung menghampiriku dan bertanya tentang banyak. Dari pada penasaran Bunda makin memuncak, aku jawab selengkap-lengkapnya biar nggak banyak tanya lagi, setelah itu aku langsung masuk ke kamar.

 

Besok adalah hari pertama kuliah, saat sedang membuka portal untuk melihat jadwal kuliah, tiba-tiba ada nomor yang tidak dikenal menghubungi ponselku. Panggilan pertama aku abaikan, untuk panggilan kedua aku mencoba mengangkatya. Awalnya aku mencoba menjawab salam, ternyata yang barusan mencoba menghubungiku adalah Kak Dio.  Kak Dio ngajakin besok kekampusnya bareng, tanpa fikir panjang aku langsung jawab iya. Setelah telfonnya ditutup, baru nyadar kalau yang barusan aku lakuin itu asal saja, padahal kan baru kenal. Tapi mau dikata apa lagi karena tawarannya sudah aku terima. Besok paginya aku izin sama Ayah kalau ke kampus pagi ini akan dijemput teman, tiba-tiba Bunda nyengir sendiri. Alamat aku bakal diketawain sama Ayah dan Bunda, tak lama saat sedang menyantap sarapan handphoneku berdering, ternyata panggilan dari Kak Dio ternyata sudah menunggu di depan rumah. Buru-buru aku pamit sama Ayah dan bergegas meninggalkan meja makan. Dalam perjalanan menuju kampus aku lebih banyak diam, sedangkan Kak Dio menanyakan banyak hal aku hanya jawab seadanya saja. Entah akunya yang grogi atau karena baru pertama kali kenal. Dan sesampainya dikampus buru-buru aku buka pintu mobil dan mengucapkan terimakasih atas tumpangannya.

 

Saat hendak memasuki kelas aku berpapasan dengan Dimas, hanya saling melempearkan senyuman dan berlalu begitu saja. Karena dosen belum datang aku mencoba berkenalan dengan teman satu kelas, dan teman yang duduk disebelahku ternyata tinggal dikomplek yang sama denganku. Dinda anaknya asik dan ramah, aku cepat nyambung ngobrol dengannya. Dan ternyata suatu kebetulan yang tidak diduga, ternyata dia memperhatikanku dari kemarin karena dia melihat aku diantar pulang oleh Dimas yang adalah teman satu sekolahnya saat SMA. Semakin hari aku semakin dekat sama Kak Dio, dan pershabatanku dengan Dinda berjalan baik, hanya saja aku tidak sering lagi melihat Dimas semenjak kedekatanku dengan Kak Dio. Setelah diingat – ingat sudah hampir satu semester aku saling mengenal sama Kak Dio, tapi hanya berjalan begitu saja.

 

Satu minggu setelah usai ujian akhir semester aku mendapatkan kabar yang selalu tidak inginku dengar, Ayah akan dipindahkan tugas kembali ke kota lain. Lagi-lagi saat aku sudah nyaman dengan lingkunganku, kondisi tidak membiarkan aku tetap disini, apalagi tepat satu hari setelah Kak Dio mengungkapkan perasaanya kepadaku. Hari disaat aku siap memberikan jawaban, keadaan yang tidak ku sukai harus memberikan jawaban lain. Siang itu juga aku menghubungi Kak Dio agar dapat bertemu nanti sore, aku harap jawaban ini dapat meberikan jalan yang terbaik untuk kita berdua. Kepindahanku ke kota lain, tidak memungkinkan untuk aku melanjutkannya. Maafkan Via, karena tidak bisa melanjutkan menerima semua ketulusan yang Via terima selama ini dari Kak Dio. Karena jika dilanjutkan akan menyulitkan untuk kita berdua, jika masing-masing kita sudah berhasil dengan mimpi kita, Via harap kita dapat dipertemukan dengan tujuan yang sama baik.

Share This Post: