Bintang Hatiku

Sore ini cuaca tak begitu bersahabat, langit terlihat mendung dan awan berwarna kehitam-hitaman menandakan akan turunnya hujan. Aku menyalakan sepeda motor dan bergegas pulang kerumah. Ditengah jalan hujan gerimis mulai terasa menembus kulitku, azan juga telah berkumandang tapi rumahku masih cukup jauh dari masjid. Aku berhenti sejenak di sebuah masjid ditepi jalan untuk menunaikan shalat. Setelah shalat aku berjalan kearah parkiran sepeda motor,  tapi tidak kusangka diatas sepeda motorku kini ada sebuah keranjang berisi bayi, entah bayi siapakah ini tak tahu dari mana asalnya. Seorang penjaga masjid melihatku menggendong bayi tersebut dan berjalan mendekatiku, bapak penjaga masjid juga menanyakan padaku perihal bayi yang tengah aku gendong “itu bayi siapa?” Tanya bapak tersebut melirikku, aku mengatakan jika aku pun tak tau asal usulnya dan siapa yang meletakkan seorang bayi mungil nan lucu ini diatas sepeda motorku. Sudah tiga tahun aku menjanda dan tidak memiliki anak, tidak ada salahnya jika aku mengadopsi anak ini menjadi anak angkatku. Apa lagi bayi ini juga masih terlalu kecil dan dia membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu. Bayi laki-laki ini terlihat seperti masih berumur 2 bulan, aku bergegas pulang dan menidurkan bayi malang tersebut dikamarku. Sembari dia tidur aku pergi membeli susu kemasan untuknya, sebenarnya bayi dengan umur seperti ini membutuhkan ASI tapi aku tidak bisa memberikannya karena aku tidak sedang menyusui. Begitu aku kembali dari minimarket, ku lihat dia sudah terbangun dan tertawa melihatku, tapi dalam sekejab dia menangis.”kasian kamu sayang, masih kecil sudah ditelantarkan ayah ibumu. Aku akan memberi kamu nama Bintang karena aku ingin kamu menjadi bintang penerang dalam hidupku”. Aku membuatkannya susu supaya tangisnya bisa berhenti “sayang.. sekarang kamu sudah jadi anak ibu” rasanya senang sekali menjadi seorang ibu meskipun Bintang bukanlah anak kandungku, meski dia hanya anak angkat tapi aku senang sekali memiliki anak ini. Mungkin inilah buah kesabaranku selama tiga tahun, doa yang selama ini aku panjatkan kepada tuhan telah dijawab dengan kehadiran seorang bayi laki-laki lucu. Karena waktuku yang harus dibagi dengan kerja di kantor, aku mempekerjakan seorang pengasuh bayi untuk merawat Bintang dari pagi hingga sore hari. Hari ini aku ada meeting dengan client kantor lain jadi jadwalku cukup sibuk dan kepalaku rasanya pusing tak karuan, beruntung hasil kerjaku hari ini memuaskan dan aku juga telah bebas dari tugas, aku bisa bernafas lega. Tiba-tiba temanku menarik tanganku dan membisikkan ketelingaku jika seseorang ingin berkenalan denganku. Ku tanyakan siapa laki-laki yang ingin berkenalan dengan diriku, temanku menunjukkan jari telunjuknya pada seorang laki-laki tampan, pria ini memiliki badan tinggi, hidungnya mancung, juga memiliki brewok yang menurutku cocok pada dirinya, kulitnya yang sawo matang membuat kesan indah pada dirinya. “Ah… apakah aku jatuh cinta pada pandangan pertama?” rasanya aku tersihir melihat ketampanannya, bagaikan kisah nabi Yusuf yang memiliki ketampanan yang luar biasa. Aku tertawa kecil pada temanku dan membisikkan ke telinganya “tidak mungkin pria gagah sepertinya mau berkenalan denganku”, tapi temanku malah tertawa balik dan mengatakan jika pria tersebut sungguh ingin kenal denganku. Rasanya tidak mungkin, karena dia sudah mendekati kata sempurna sebagai seorang insan biasa, sedang aku bukanlah apa-apa, kulitku juga lebih gelap dari dirinya. “Apa yang ia suka dari diriku sehingga dia mau berkenalan denganku?” Sudahlah.. terlalu banyak Tanya dalam hati, ternyata benar yang dikatakan temanku jika pria tersebut mau berkenalan dengan diriku yang tak sempurna. Dia mendekat kearahku dan melayangkan sebuah senyuman manis di bibir. Jantungku berdetak kencang, “Astaga… apa-apaan ini, kenapa bisa jantungku berdetak secepat ini?” ku ambil nafas panjang dan ku keluarkan kembali agar ia tidak tahu kalau aku sedang grogi berdiri di hadapannya. Dia menyodorkan tangannya kepadaku sambil tesenyum malu-malu, aku menyambut tangannya, saat aku sentuh begitu lembut terasa dikulitku. Dia menanyakan nama dan meminta nomor ponselku, perasaanku makin tak karuan sebab dia sekarang meminta nomor ponsel, aku memberikan ponselku yang berisi nomorku padanya, dia mulai menyalin kedalam ponselnya dan mengucapkan terima kasih. Dia berpamitan kepadaku sambil mengatakan jika dia senang bisa bertemu denganku. Aku hanya tersenyum malu-malu kepadanya, temanku mulai meledekku dengan kata-kata rayuan yang membuat pipiku menjadi kemerah-merahan. Selesai kerjaanku hari ini, aku kembali teringat dengan anakku yang sedang menungguku di rumah. Sesampai dirumah kulihat dia sedang minum susu ditemani pengasuhnya. Aku merasa lega sebab tidak terjadi apa-apa pada anakku. Malam harinya ponselku berdering dan kulihat satu panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Aku mengangkat telpon tapi tidak ada suara siapa-siapa, hanya suara jangkrik yang berbunyi dalam panggilan tersebut. Aku mengucapkan hallo berulang kali hingga pada akhirnya terdengar suara seorang pria menyahuti panggilanku barusan “ya hallo juga, ini Melati kan?” aku berfikir sejenak dari mana dia bisa tau namaku “ya saya sendiri, boleh tau ini siapa ya?” sambutku menjawab Tanya pria tersebut. Dia memberitahukan padaku bahwasannya dia adalah laki-laki yang berkenalan denganku tadi sore. aku terdiam sejenak, ku letakkan hapeku dan berlari keluar lalu mulai berteriak kegirangan di pekarangan rumah seperti anak ABG yang sedang puber. Begitu aku kembali dan menghalokan telpon tadi ternyata panggilannya sudah terputus. Mungkin karena ekspresiku yang berlebihan membuat dia mengira bahwa aku mengabaikan dia. ponselku berdering kembali, ternyata ada satu pesan dari nomor pria tersebut “besok makan siang bareng yuk Mel..?” begitulah isi pesan yang aku terima, aku membalas pesannya dengan menerima permintaan pria tersebut. Esok harinya tiba-tiba aku merasa tidak enak badan jadi aku tidak pergi kekantor, aku menitipkan surat pada temanku dan memberitahukan pada pria tampan itu jika aku tidak bisa untuk bertemu dengannya hari ini. Dia menghubungiku dan meminta alamatku agar bisa menjengukku ke rumah, tapi aku menolak permintannya sebab rasanya aku tidak sakit parah. Dia bisa mengerti dan memintaku untuk berisitirahat full agar aku segera pulih. Pria ini begitu baik dan perhatian kepadaku meskipun kami baru saling kenal dan baru hanya satu kali bertemu. Aku tak tau dia memiliki maksud tertentu atau tidak, yang aku tau jika seseorang baik maka kita juga wajib berlaku baik padanya. Dikarenakan sakit aku jadi memiliki banyak waktu untuk bermain bersama anakku Bintang, sepertinya Bintang adalah obat dari rasa penatku. Aku sama sekali tidak merasa letih mengurusnya dan aku juga merasa sudah pulih setelah bermain bersama anakku. Malam harinya pria tersebut mengirim pesan kembali menanyakan perihal kesehatanku, aku jawab sudah sembuh dan bisa kembali bekerja esok hari. Dia merasa sangat senang dan memintaku untuk melanjutkan makan siang yang tertunda kemarin. Esoknya aku bertemu dengan dia disebuah rumah makan, disinilah kami mulai dekat. Hari ke hari dia semakin perhatian dan dekat denganku. Kami sering berjumpa dan makan siang bersama hingga pada suatu hari dia meminta alamatku dan mengatakan jika dia ingin mampir ke rumah kalau ada kesempatan. Aku merasa tidak keberatan sebab aku dirumah bertiga dengan pengasuh anakku, jadi aku bisa tenang dari bisikan tetangga. Satu minggu setelah itu dia datang kerumah pada saat aku sedang menggendong bintang “itu anak kamu Mel..?” tanyanya dengan rasa penuh penasaran dan raut kening yang mulai berkerut. Aku mengiyakan pertanyaannyatapi dia malah tertawa padaku. Dia tidak percaya jika aku memiliki seorang anak. Aku mempersilakannya masuk dan menanyakan apa maksud dan tujuannya berkunjung. Mulailah dia membuka pembicaraan dan diujung kata akhirnya dia memberitahukan jika  sebenarnya maksud kedatangannya ialah mau memperistrikan aku, tapi dia menanyakan kenapa aku tidak pernah memberitahukan bahwasannya aku telah memiliki seorang anak. Aku menceritakan yang sebenarnya agar dia mau mengerti, begitu selesai menceritakan kejadian yang sebenarnya dia hanya diam dengan raut muka masam. Sepertinya dia tidak terima jika aku memiliki anak angkat dan ternyata benar jika dia tidak mau menerima keadaan bahwa aku mengadopsi Bintang menjadi anak angkatku. Dia berpamitan pulang, dan satu minggu setelah kedatangannya sama sekali tidak ada lagi kabar darinya.  Dia memang pria yang tampan tapi sayang hatinya tak seelok paras wajahnya yang rupawan. aku tidak mempermasalhkan jika dia tidak mau denganku hanya karna aku memiliki anak, sebab bagiku Bintang adalah anak titipan tuhan yang harus aku rawat sebagaimana amanat yang harus di jaga. Dia adalah pria yang baik tapi tidak baik untukku, dan mungkin dia juga bukanlah jodohku.

Share This Post: