Aku

Aku adalah seorang anak manusia yang hidup seperti biasa, maksudnya seperti kebanyakan orang yang biasa pula. Umurku 17 tahun pada ulang tahun ku yang berikutnya. Aku menilai diriku sendiri adalah orang yang biasa-biasa saja, tidak pintar juga tidak bodoh, tidak tinggi tapi cendrung pendek, tidak ganteng tapi menurutku jelek. Kalau soal kaya itu bukan aku yang kaya tapi orang tuaku, walaupun begitu, orang tuaku juga tidak kaya tapi juga tidak miskin.

 

Di Senin pagi yang cerah, waktu itu seperti biasa aku, berangkat ke sekolah dengan seragam putih abu-abuku lengkap dengan topi abu-abu. Berangkat naik angkot sampai disekolah pukul 7 lewat. Sesampainya didepan gerbang sekolah terlihatlah pemandangan sekolahku. Dari gerbang, disebelah kirinya terdapat tujuh buah kelas memanjang menyampingi pagar yang sejajar dengan gerbang, lalu sebuah bangunan yang bernama WC yang terpisah dengan tujuh kelas tadi. Kemudian ada dua kelas lagi yang sejajar dengan WC, dan keatasnya sedikit ada bangunan yang disana terdapat beberapa ruangan yang berfungsi sebagai ruang BP, Ruang OSIS, dan koperasi sekolah dan diatasnya ruangan yang berfungsi sebagai mushala. Dan disampingnya ada bak yang berfungsi sebagai wadah air wudhu dan diujung jajaran bangunan itu terdapat perpustakaan sekolah.

 

Lalu disebelah kanan gerbang  ada bangunan yang terdiri dari dua ruang kelas dan disebalahnya ada satu bangunan lagi yang terdiri dari tiga ruang kelas, yang bangunan ini terpisah dengan bangunan sebelumnya. Kemudian sedikit agak menjauh ada lapangan basket yang sangat sibuk dalam kesehariannya. Tiap hari dia bekerja sebagaimana mestinya. Lalu kesananya sedikit ada ruang guru dan kepala sekolah yang pas disebelahnya ada kantin, dan selanjutnya ada lab praktikum.

 

Aku masuk kelasku yang ada dipojok kanan depan halaman sekolah. Tampak olehku pintu kelasku masih tertutup yang berarti aku adalah murid dikelasku yang pertama sampai dikelas. Segera aku masuk kelas lalu meletakkan tas sandang hitamku dimeja paling belakang sebelah kiri kolom kedua dari pintu.

 

Setelah itu seperti biasa pula aku duduk duduk di bangku milikku sambil menunggu temanku, tak lama kemudian datang dua orang temanku si Anoman begitu teman-temannya menyapanya dan si Al, dan seperti biasa langsung aku ajak mereka kekantin yang ada dibelakang sekolah. Sesampainya dikantin pagi itu aku ambil tahu goreng dan bakwan dan kupotong kecil-kecil lalu aku campur dengan sedikit saos yang asli buatan ni Kem, seperti itu kami memanggilnya.Lalu dengan lahapnya aku memakan tahu dan bakwanku karena seperti biasa aku tidak pernah sarapan dirumah, sedangkan si Alda Effendi nama lengkap si Al makan roti kelapa, sedangkan si Ade rio Rahman nama si Anoman seperti biasa dia hanya mengambil permen.

 

Baru saja aku selesai makan tahu dan bakwanku, terdengar bunyi lonceng “TENG TENG TENG” yang menandakan bahwa semua siswa dan siswi untuk segera berbaris dihalaman sekolah untuk melakukan upacara bendera,lalu kami segera membayar jajanan kami dan berjalan menuju lapangan upacara.

 

Seperti biasa dilapangan upacara kami tidak langsung berbaris, biasalah, sedikit memperlambat jalannya upacara, hitung-hitung nungguin teman yang terlambat datang. Dilapangan upacara seperti biasa aku melihat pemandangan yang seperti biasanya pula, sebagian anak OSIS berdiri didepan gerbang sekolah untuk melakukan pernertiban teman-teman yang baru datang ketika upacara sudah dimulai dengan ditemani 2 orang guru. Kelas yang menjadi pelaksana upacara sibuk mempersiapkan alat-alat untuk upacara, mulai dari teks UUD’45, teks Pancasila, microphone, dan lain sebagainya.

 

Sementara itu seperti biasa juga kami masih belum berbaris dengan baik karena kami mempunyai jiwa pemberontak yang suka seenaknya sendiri. Sampai suara Buk Agustinar, seorang guru yang paling dianggap killer terdengar oleh kami, sehingga kami terdiam dan tidak ada yang berani macam-macam dan terpaksa mengikuti semua yang beliau katakan.Dan kemudian upacara dimulai, dan jujur saja aku tidak mengerti apa makna dari upacara ini.

 

Sekitar jam 08.05 upacara selesai, semua siswa siswi berhamburan dari lapangan. Ada yang pergi kekantin dan ada juga yang langsung pergi kekelas. Memang upacara itu tidak terlalu lama, tapi tetap saja terasa panas walaupun itu adalah matahari pagi. Karena itu sesampainya di kelas aku, semua teman-teman sekelasku dan bisa dikatakan seluruh siswa disekolah ini merasa lega, nyaman dan sejuk, ditambah lagi hilangnya suara Buk Agustinar.


Setelah 10 menit bersantai-santai dikelas, buk Eva masuk kekelas kami. Dia adalah guru Akuntansi kami. Aku kurang suka belajar mata pelajaran ini, tapi entah kenapa aku bisa dan mampu menjawab pertanyaan tentang akuntansi yang lontarkan Buk Eva, ya walaupun tidak semuanya sih, setidaknya aku termasuk diperhitungkan yang bisa bersaing dengan anak yang paling pintar dikelas.


Setelah 3 jam pelajaran belajar akuntansi, yaitu sekitar jam 10.30, TENG TENG TENG, terdengar bunyi lonceng tanda waktu istirahat telah tiba. Yang namanya waktu istirahat tentu saja semua orang berlarian keluar kelas, ada yang pergi kekantin, ada yang kekelas lain mencari temannya atau mencari gebetannya dan ini yang sedikit underground  pergi kebelakang kelas II.2 atau dibelakang kelasku untuk merokok. Aku tau hal ini juga karena lokasinya di belakang kelasku. Coba kalau tidak mungkin aku juga tidak akan tau. Yang aku tau kenapa dibelakang kelasku mereka merokok adalah karena kelasku adalah kelas yang dekat dengan warung yang ada didepan sekolah, memang sih warung itu ada di luar pekarangan sekolah, tapi karena itulah kelasku menjadi zona underground untuk merokok oleh teman-teman sekolahan ku pada umumnya dan beberapa teman sekelasku pada khususnya.

 
Setengah jam kemudian terdengar lagi TENG TENG TENG tanda waktu istirahat telah habis. Banyak yang segera masuk kelas tapi ada juga yang masih saja duduk dikantin sambil ngerumpi di kantin. Walaupun aku tidak melihatnya, aku bisa menebaknya karena aku juga sering melakukan hal seperti itu kalau aku pergi ke kantin ketika waktu istirahat, dan teman-teman dibelakang kelasku segera bubar, takut guru masuk kekelasku dan melihat tindakan yang mereka lakukan.


Sambil menunggu guru masuk aku dan teman-teman sekelasku ada yang bersenda gurau ada yang membahas tentang sepakbola yang disiarkan tadi malam,seperti biasa kalau menyangkut bola pasti ada adu mulut tentang club idola dan itu sering terjadi antara aku dan Susandro dan ada pula yang melanjutkan gosip yang berlangsung dari waktu istirahat tadi, dan yang pasti tidak ada diantara kami yang membaca buku atau mengulang-ulang pelajaran.


Begitu buk Ed masuk, kami semua langsung duduk dibangku masing-masing.Beliau adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, beliau adalah guru favorit bagi semua murid yang pernah belajar dengan beliau. Hal itu karena beliau sangat mengerti dengan kami, beliau paham dengan kami, beliau bisa memposisikan diri sebagai guru dan orang tua bagi kami.


Waktu itu aku tidak ingat belajar tentang apa, tapi seperti biasa aku dan teman-temanku bisa belajar dengan santai dan menyenangkan. Dan seperti biasa pula, setiap ada pertanyaan yang dilontarkan oleh Buk Ed aku akan mengkaitkannya dengan sepak bola, sepak bola dan sepak bola, hal inilah yang dirasa kurang biasa pada diriku oleh sebagian teman-temanku juga oleh buk Ed sendiri, walaupun pada dasarnya itu tidak salah, namun begitulah aku.

Share This Post: